Suara Sapardi Tentang Cinta Beda Agama
Judul : Hujan Bulan Juni
Penulis : Sapardi Djoko Damono
Penerbit : PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Tahun
Terbit : Juni 2015
Jumlah
halaman : 144 hal
Menurut teori, bulan Juni termasuk
musim kemarau, jadi tak ada hujan. Tapi Juni siang itu hujan. Siang saat ia
buru-buru mencari koran Swara Keyakinan
untuk membaca tiga sajak kecil miliknya yang dimuat hari itu.
Karya
berjudul sama pernah diterbitkan pada 1989 lalu. Sepilihan Sajak miliknya
sukses merebut posisi disetiap hati pembacanya, puisi Hujan Bulan Juni bahkan tak hanya jadi milik mereka yang gandrung
dan mencintai sastra namun juga jadi milik semua orang.
Semua
sepakat, Sapardi dan Hujan Bulan Juni
adalah romantisme yang berhasil dan tak dapat dipisahkan. Tahun ini, tepat di
bulan Juni SDD—begitu ia kerap disebut— melahirkan sepilihan romantisme baru
dalam bentuk novel berjudul serupa. Namun, jangan dulu menduga-duga. Sedari
awal SDD sampaikan novelnya kali ini adalah karya yang berbeda dan sama sekali
tak berkaitan dengan buku berjudul sama miliknya terdahulu.
Tapi
sebenarnya, jika tetap dipaksakan ada satu simpul yang bisa ditarik. Keduanya
adalah buah karya SDD yang tak jauh-jauh dari syahdunya rasa berkasih-kasihan
antar dua insan. Namun, disajikan dengan cara berbeda.
Novel
ini pada intinya adalah kisah yang cukup pelik antara laki-laki dan perempuan
kala menjalin hubungan dengan sebuah perasaan yang sama. Adalah Sarwono dan
Pingkan, dua tokoh yang SDD kenalkan dalam novelnya kali ini. Apa yang
menjadikan keduanya memiliki hubungan yang pelik? Perbedaan agama, budaya dan
lingkungan antara dua keluarga. Sarwono adalah Jawa Muslim, sedangkan Pingkan
Gadis Menado Non-muslim.
Tapi
mereka sadar, kasih sayang mengungguli segalanya, menembus apapun yang tidak
dapat dipahami. Bahwa kasih sayang beriman pada senyap. Dua halaman khusus
disajikan SDD dengan tulisan spesial yang hanya punya dua tanda baca. Agaknya
semacam refleksi perihal kasih sayang.
Pingkan
dan Sarwono memang terus menjalin hubungan. Tak ragu untuk bilang rindu saat
berjauhan. Tapi, keluarga Pingkan yang asal Menado tak setuju Pingkan bersama
Sarwono meskipun Ibu Pingkan tak permasalahkan. Meski pada akhirnya keluarga
mendorongnya untuk menetap di Menado dan ia ditawarkan untuk dijodohkan dengan
seorang dosen Muda asal Menado yang baru saja selesaikan studi MA di Amerika.
Namun,
Sarwono berhasil meyakinkan ibu Pingkan dan melamarnya kala itu juga. Sayang,
tak berapa lama keberangkatan Pingkan ke Jepan untuk kelanjutan studinya
dipercepat. Jadilah akhirnya Sarwono dan Pingkan berjarak. Masing-masing kini
sibuk dengan tugasnya, Sarwono kembali sibuk menyelesaikan proyek penelitian
Antropologinya.
Akhir
cerita benar diluar dugaan, ditutup dengan tiga sajak kecilnya yang terbit
disebuah koran kala hujan datang di bulan Juni lalu.
Sapardi berhasil membujuk
dengan kalimat-kalimat pilihan yang ia gunakan agar anda menyelesaikan cerita
di novel ini hingga akhir. Jika anda ingin merasakan cinta dan kasih sayangnya,
Anda harus baca!
-------
Bagaimana
mungkin seseorang memiliki keinginan untuk mengurai kembali benang yang
tak terkirakan jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang telah
ditenunnya sendiri.
Bagaimana mungkin seseorang bisa mendadak terbebaskan dari jaringan benang yang susun-bersusun, silang-menyilang, timpa-menimpa dengan rapi di selembar saputangan yang sudah bertahun-tahun lamanya ditenun dengan sabar oleh jari-jarinya sendiri oleh kesunyiannya sendiri oleh ketabahannya sendiri oleh tarikan dan hembusan napasnya sendiri oleh rintik waktu dalam benaknya sendiri oleh kerinduannya sendiri oleh penghayatannya sendiri tentang hubungan-hubungan pelik antara perempuan dan laki-laki yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang.
Bagaimana mungkin.
Bagaimana mungkin seseorang bisa mendadak terbebaskan dari jaringan benang yang susun-bersusun, silang-menyilang, timpa-menimpa dengan rapi di selembar saputangan yang sudah bertahun-tahun lamanya ditenun dengan sabar oleh jari-jarinya sendiri oleh kesunyiannya sendiri oleh ketabahannya sendiri oleh tarikan dan hembusan napasnya sendiri oleh rintik waktu dalam benaknya sendiri oleh kerinduannya sendiri oleh penghayatannya sendiri tentang hubungan-hubungan pelik antara perempuan dan laki-laki yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang.
Bagaimana mungkin.
-------
Comments
Post a Comment