Bu, Saya Belum Ingin Jadi Dewasa



Kadang saya berpikir tak siap jadi dewasa, benar-benar tak siap saat kelak harus bertanggung jawab penuh pada diri sendiri. Saya ingin terus jadi anak kecil yang menyusahkan ibu, yang bisa langsung menangis saat tiba-tiba merasa disergap banyak masalah, yang bisa dengan puas marah saat merasa kalah, yang bisa merengek minta makan saat tiba-tiba lapar, atau yang hanya perlu merengut saat keinginan saya tak terpenuhi lalu dibujuk ibu.

Saya hanya ingin terus diapit ketiak ibu saat ketakutan, marah dan resah

Perasaan khawatir dewasa ini justru semakin terasa saat belakangan ibu mulai mengajak saya diskusi banyak hal tentang kehidupan kami. Ia cerita banyak. Bagaimana kelak ia akan menghabiskan hari tua, ajak diskusi jurusan apa yang harus diambil adik saat kuliah nanti, tanya-tanya apa rencana saya selepas sarjana hingga ceritakan rencananya buat rumah baca dan mengelola taman bunga selepas pensiun nanti

Ia selalu minta pendapat saya, seksama sekali ia mendengar pertimbangan baik buruk yang saya utarakan. Pun saat ambil keputusan kini ia sering kali menyempatkan untuk menghubungi lebih dulu. Namun, entah kenapa saya justru getir jadinya. Saya tak siap dianggap dewasa dan diperhitungkan pendapatnya oleh ibu. Saya ingin terus jadi anak kecil ibu yang semena-mena.

Dulu sekali saat masih berusia belasan saya sering marah pada ibu yang tiap ambil keputusan tak pernah ajak kami bicara. Pun, saya sering sekali kecewa saat beberapa hal penting justru taunya dari orang lain, dari nenek, paman, bahkan sepupu. Padahal, sejak Ayah tak ada harusnya kamilah tempat ibu bertumpu. Tapi, seusia ini saya baru sadar. Ia sengaja melakukannya. Ibu punya banyak pertimbangan memilih tak cerita pada anak-anaknya, perkara emosi yang labil, beban pikiran dan dampak lain sebab memang belum waktunya bagi kami yang berusia belasan untuk tau terlalu banyak. Ia menguatkan diri untuk menyimpannya sendiri, menghadapi semuanya sendiri seraya menunggu waktu dan saya pikir sekaranglah waktunya.

Namun, saat waktu tersebut tiba saya malah ingin kecil lagi. Bukankah manusia selalu seperti itu? Pada satu titik selalu ingin kembali ke masa lalu padahal jika kembali ingat masa kecil, betapa ia ingin cepat bertumbuh dan jadi orang dewasa.

Kepada ibu, saya tak ingin dewasa. Tak apa jika saya tak tau lebih banyak. Saya hanya ingin bahagia bersama ibu. Saya ingin terus jadi anak kecil ibu, anak dalam kepitan ketiak ibu.

Comments

Popular Posts